Sabtu, 04 Desember 2010

Barbed Wire Dolls (1975)

Jika saya diberi kesempatan untuk memberikan penghargaan kepada film apa saja yang patut untuk masuk kedalam Hall of Fame dalam sejarah perfileman, maka Barbed Wire Dolls akan saya tempat kan pada posisi 10 teratas, dengan poster cantik nya yang akan bersanding dengan Braindead nya Jackson atau bahkan the almighty Toxic Avengers. Barbed Wire Dolls adalah sebuah biopik, dan diary dari apa yang terjadi ketika sinema sinema Grindhouse mewarnai jagat perfileman Eropa, dan mungkin, Swiss adalah negara yang paling gencar dalam masalah produksi perfileman seperti ini. Berbicara tentang film film exploitatif tipikal Woman in Prison terbitan Eropa, kurang afdol rasanya jika kita tidak membahas Lina Romay. Seorang aktris hispanik (semi) porno yang memiliki kapabilitas akting (super) buruk. Dia adalah jawaban dari segala macam kerinduan para fanatisme cinema exploitatif terhadap sosok imut nya yang hanya muncul sekilas dalam film besutan Jesse Franco terdahulu, The Erotic Rites of Frankestein. Lina Romay itu seperti hal nya kemunculan Universal pada awal awal Hollywood lahir, dia seperti membawa senyum baru menggantikan senyum basi nya Dyanne Thorne. Oke kita hentikan fanboyism saya sepihak terhadap Lina Romay, dan sebenarnya apa bagus nya Barbed Wire Dolls karya nya Jesse Franco ini?
Barbed Wire Dolls itu sebenernya punya alur cerita yang gak jauh beda sama film film setipikal nya, macem Caged Woman atau Caged Heat dengan premis sederhana diculik-dipenjara-sex-nudity-berusaha kabur-ketangkep lagi, ya se simple itu kok. Ceritanya di film ini Lina Romay memerankan peran sebagai Maria, seorang gadis baik baik yang sedang berusaha kabur dari penjara di sebuah pulau terpencil plus dengan penyiksaan BDSM has novel nya Sade karena tertangkap membunuh ayah nya (yang diperankan oleh Jesse Franco sendiri), sekali lagi, ya se simple itu. Apa yang bakal kita dapatkan di film ini gak jauh jauh dari otak busuk nya seorang Jesse Franco dengan adegan spanky cewe cewe di iket, dirty talks, Lina Romay naked scene, lesbian massacre, overrated sex scene, tembakan tembakan super ngaco, cowo brewok dengan libido tinggi, dan ribuan scene scene tipikal yang pasti kalian temuin di film film Woman in Prison lain nya. Terus? Apa yang bikin film ini spesial? Sekali lagi, Lina Romay! Sayang nya kehadiran Lina Romay sama sekali tidak membuat orang orang di balik account IMDB memberikan nilai sensasional untuk film ini.
Ah sial, bahkan saya kehabisan kata kata untuk menjelaskan lebih lanjut lagi tentang Barbed Wire Dolls dan Lina Romay nya. Terimakasih Jesse Franco telah membawa saya sebuah tampilan sempurna dari bagaimana perasaan ini merindukan seorang aktris idola, kalo kata Fleet Foxes sih "Jesse, I don't know what I have done, I'm turning myself to a demon"



Oh Lina Romay, oh Lina Romay.

The Almighty Lina Romay. Cuteness!


Barbed Wire Dolls : 7/10
Lina Romay in this flick: 100 Gazzilion/10

4 komentar:

  1. BSDM & (s)exploitation are really your favorite...

    BalasHapus
  2. enggak juga sih, ini tuh cuman sekedar melarikan diri dari aktifitas "fixing a broken heart"

    BalasHapus
  3. Apepun penyebabnye, gue rasa suka BDSM ama (s)exploitation tu bukan sesuatu yg salah.

    BalasHapus
  4. sebenarnya deep inside favorit riar adalah kelembutan dan kasih sayang

    BalasHapus