Senin, 04 Oktober 2010

My Bloody Valentine 3D (2009)

Kalian tidak akan menemukan sebuah adegan opening bodoh seperti apa yang dilakukan George Mihalka pada the original My Bloody Valentine (1981), dan juga tidak akan menemukan sebuah desa kecil yang menggunakan simbol hati dan cupid sebagai logo kebanggaan nya dalam film remake besutan Patrick Lussier ini. My Bloody Valentine 3D berseting di sebuah kota kecil (dan bukan lagi desa), dan masih menceritakan Harry Warden, seorang serial killer menyeramkan dengan full seragam miners nya dan pickaxe yang siap menghantui kota ini ketika valentine datang karena merasa memiliki sebuah dendam terhadap seisi kota, juga masih menceritakan kisah cinta segitiga a la FTV antara Axel, Sarah dan Tom. Berbeda dengan film aslinya yang berplot tentang kebodohan para anak muda desa yang berpesta saat valentine, tidak mempercayai urband legend tentang Harry Warden, yang pada ahirnya mati dibantai dengan scare tactics husus anak umur 13 tahun, di film ini dikisahkan bahwa seisi kota memang mempercayain kehadiran Harry Warden. Alkisah masih seputaran sekumpulan anak muda yang mengadakan sebuah pesta, yang ntah mengapa mesti di tempat pertambangan (jika kalian menonton film asli nya, mungkin kalian akan mengerti mengapa para remaja ini berpesta di pertambangan, jika tidak, maka tontonlah film asli nya!), pesta pun berubah sesaat menjadi arena horror yang membuat seisi pesta terbunuh oleh Harry Warden secara brutal, dan hanya menyisakan beberapa orang yang berhasil selamat, Irene beserta Tom, Axel dan Sarah dengan konflik cinta segitiga mereka. 10 tahun kemudian, ketika Tom kembali ke kota kecil ini (dia sempat menghilang untuk mengobati kegalauan nya) untuk berniat menjual pertambangan milik ayah nya ini, terror dari si legend Harry Warden pun kembali datang bersamaan dengan kemunculan Tom di kota kecil ini. Dan ya, horror pun di mulai, Harry Warden siap membantai semua orang yang terlibat dalam usaha pembunuhan dirinya 10 tahun silam.



Sebenarnya keputusan Patrick Lussier untuk meremake film ini dan merubah keseluruhan plotline dan mencap 3D sebagai brand yang akan menjual film ini adalah sesuatu yang bisa di anggap sebagai ketololan permanen, tetapi ada satu point yang membuat ketololan Patrick Lussier tersebut menjadi agak nya cukup bisa membuat para puritan horror fan dimanapun sedikit tersenyum, yup, tambahkan boobs disana dan gore lebih eksplisit disini, maka sentuhan campy yang ingin di bangun nya pun menjadi aspirin yang menyenangkan bagi para horror fan yang sudah kecewa karena harus tampil trendy dengan kacamata yang biasa mereka gunakan untuk menonton Anak Ajaib demi menonton film ini. Bisa dikatakan bahwa film ini mempunyai beberapa killing scene yang terlihat hilarious dan gruesome, 8 kali lebih gory jika di bandingkan dengan versi orginal nya Goerge Mihalka.


Tetapi tampaknya usaha Patrick Lussier untuk mencoba kembali menghidupkan Harry Warden adalah sama dengan apa yang di alami di kebanyakan film film remake slasher 80an, yes, film ini menjadi sebuah sarana caci maki yang menyenangkan ketika ingin membuang waktu di saat minggu pagi yang ceria, iya, sebutut itu kok. Saya mungkin termasuk dari sepersekian orang yang memang menganggap film ini butut nya keterlaluan, meskipun Patrick Lussier berusaha dengan keras untuk segimana mungkin menciptakan scene scene gore yang hilarious dan men set ulang scene human laundry juga kengerian pertambangan Hanniger dengan semangat revolusi tahun 2009-an. Usaha Patrick Lussier pun tidak berhenti sampai disitu, dia merubah semua plot dan memberikan kita sebuah twisted ending yang membuat ending trilogy Feast seperti ending film film nya Christopher Nolan.


Pada ahirnya film ini hanyalah sebuah bungkusan kekecewaan besar bagi saya, terutama dengan plot yang dibikin "wtf" dan melupakan apa yang telah di tulis Stephen Miller sebelumnya juga diperburuk dengan tagline "My Bloody Valentine is the first R-rated film to be projected in Real D technology" ...retard.

4,5/10

2 komentar: