Sabtu, 08 Januari 2011

Black Sheep (2006)

Suatu hari dengan semangat sempurna sesempurna semangatnya Uwe Boll buat bikin film barunya dan minim kepercayaan diri, ahirnya saya berani mengajak cewek yang saya (amat sangat) suka untuk pergi jalan - jalan sore. Duduklah kita berdua di sebuah tempat makan, sebuah kedai sate. Seporsi sate kambing pun datang untuk dimakannya. Sesaat saya melihat sate kambing tersebut, saya bercerita dengan semangatnya bahwa bagaimana saya sangat menyukai film Black Sheep. Dengan berapi api saya bercerita bahwa di film itu biri - biri terlihat sangat awesome ketika menjadi zombie biri - biri, dan manusia menjadi weresheep. Tapi dia tetap sibuk memakan satenya sambil sesekali berkata "Oh ya? hmmm", tak peduli dengan kata - kata balasannya yang seminim busana Lady Gaga di MTV Awards saya terus saja bercerita tentang bagaimana film itu benar - benar bisa masuk ke Hall of Fame film film favorit saya. Saya bilang bahwa film itu benar - benar oldskul, bahkan scoringnya pun seperti asal comot cetak biru Braindead nya Jackson, dan gestur para pemainnya yang dibikin seanjing edan oldskulnya. Penuh semangat pun saya bercerita tentang bagaimana Dimensions Extreme bisa merilis film sehebat itu. Setelah sekitar setengah jam saya berbicara panjang lebar tentang Black Sheep, dia hanya berkata "Eh kok sate kambingnnya kurang kerasa enak ya" dan 2 menit kemudian dia mendapatkan telepon dari temannya "Oh iya? Yaudah gua kesana bentar lagi deh. Lo jemput gua di bla bla bla", sepuluh menit kemudian dijemput lah dia dengan Honda Jazz yang dikendarai seorang lelaki necis berkacamata hitam. Saya ditinggal beserta dengan cerita tentang Black Sheep yang belum kelar diretorikan. Pahit.

Oke, intro curhat yang begitu impresif. Jadi, Black Sheep itu semacam film yang mau ditonton beberapa kalipun tetep aja bikin saya bisa senyum lebar setelah menontonnya. Asli, di film ini apa aja yang saya butuhin ada. Saya butuh gore? Ada! Saya butuh mahluk - mahluk spektakuler? Mereka ngasih kita semua zombie biri - biri dan mahluk serupa werewolves tapi biri - biri. Saya butuh script konyol? Film ini ngasih dialog - dialog tolol super menyedihkan dan parodi awesome terhadap PETA. Boobies? Oh kalo yang ini gak ada, tapi tetep ada Danielle Mason kok buat di hayati. Gado - gado! (Hampir) Semua ada. Dengan setting has logo yogurt Cimory film ini ngebawa kita ke sebuah cerita dimana hubungan adik kaka itu sama kayak antara Capulet dan Montague.


Setelah kematian bapaknya, Henry Oldfield punya kenangan buruk mengenai biri - biri karena ulah kakaknya Angus Oldfield. Henry pun pindah ke kota buat nemuin apa yang dinamain "real life" dan dengerin musik bagus selain apa yang dia dapet di peternakan. 20 tahun kemudian, Angus, sang kakak membutuhkan jasa Henry buat nandatangan surat kepemilikan peternakan. Ternyata apa yang dilakuin sama Angus tuh untuk melakukan research demi ngerubah semua biri - biri di peternakan ini jadi biri - biri kualitas husus, percis kayak sayuran hibrida yang biasa kita temuin di Superindo. Hal tersebut ngebuat aktifis PETA-esque kita yang kayaknya bisa ngabisin 10 jam dari waktu sehari harinya buat dengerin Wolves in the Throne Room ini geram. Dengan pemikiran super pendek, mereka ngelakuin satu tindakan bodoh yang mereka anggep bisa sekeren pesan di film Avatar. Yaitu ngambil satu biri - biri hibrida. Dan voila! Biri - biri itu lepas, ngegigit aktifis kita, dan ngegigit biri - biri lainnya. Ternyata biri - biri hibrida tadi ngebawa malapetaka! Apa yang dia gigit semua bakal berubah, kalo manusia bakal jadi weresheep, kalo biri - biri, mereka bakal jadi satu mahluk yang super awesome, yup, biri - biri zombie flesh eater! Kurang keren apalagi?


Seperti apa yang saya bilang di paragraf kedua tadi, asli film ini tuh oldskul. Momen saat Grant (aktifis animal-rights) gendong - gendong bayi zombie biri - biri tuh bener - bener ngingetin saya sama scene saat Lionel bawa - bawa bayi zombie di Braindead, dengan gestur dan skoring yang anjinggg oldskul berat. Ntah karena ini dari New Zealand dan pengaruh early Jackson-ism yang kental, atau karena emang kayaknya semua sineas horror zombie - zombiean New Zealand kebiasaan buat bikin film kayak gini, tapi yang jelas ini tuh bener - bener asik dan gakperlu banyak nulis paragraf laiinya untuk ngejelasin bahwa ini bener - bener awesome. Kayaknya dengan baca tag-line "There are 40 million sheep in New Zealand... and theyre pissed off!" di posternya aja itu udah cukup representatif dari 1 jam 26 menit monumental yang bakal kalian tonton.


Dan saya pun gak pernah nyesel kalo pernah nyeritain ini ke cewe kecengan saya yang pergi dengan cowo ber-Honda Jazz putih barusan dan kayaknya gak pernah inget satu kalimat pun tentang apa yang saya ceritain di kedai sate itu. Dan Kanye West tetep aja brengsek!

9,99/10

2 komentar:

  1. edan nilainya lebih dari noroi gini. efek honda jazz yar?

    BalasHapus
  2. hahahahah, gue jadi nyeri ngeliat scene salah seekor kambing gigit 'burung'. Sadistically fun!

    BalasHapus