Kamis, 09 September 2010

Your Bad "11 Movie for Lebaran Day" Influence

Berhubung lebaran adalah hari yang sejujurnya tidak saya nikmati dan bahkan saya hindari (karena tidak terasa puasa sudah sebulan tapi saya tidak merasa berat badan saya turun), maka akan sangat menyenangkan sekali kalau saya bisa turut memberikan referensi film yang patut dikonsumsi bersama keluarga sambil memperkuat tali silaturahmi. Insya Allah lebaran kali ini tidak akan sama dengan lebaran-lebaran sebelumnya yang rutin dipenuhi dengan layar emas RCTI (yakin mau home alone lagi?).

Suasana lebaran mungkin adalah suasana yang salah untuk kalian menonton masterpiece nya Peter Jackson "Braindead/Dead Alive" dengan sanak keluarga ditemani tumpukan kolesterol yang bersarang pada santen hidangan opor ayam kalian. Tapi mungkin suasana lebaran adalah moment yang pas untuk kalian menonton film film yang mengandung unsur maaf-maaf-an atau percintaan yang tidak hanya berhubungan tentang pasangan, tapi percintaan akan semua hal, ya pasangan boleh juga sih buat yang baru berpasangan ketika lebaran.

Dan segenap crew dan penulis penulis tidak berbakat dengan premis bahasa yang kacau, dan sok tau tentang film, kehidupan yang terlalu banyak berkorelasi dengan subjek kata "galau", juga mahasiswa yang kuliah nya kurang beres dan berniat ngentutin Roger Ebert ini membuat resensi 11 buah film yang mungkin akan menarik untuk kalian saksikan bersama sodara sodara kalian di kampung di mana kalian di besarkan. So, inilah 11 film yang kami rekomendasikan untuk kalian tonton di saat lebaran. Enjoy!

11. Monty Python's The Meaning of Life (1983)

Benang merah film ini dimulai dengan pertanyaan paling mendasar: "Kenapa kita ada di dunia? Apa maksud semua ini?". Memahami arti hidup dan ketuhanan dari kacamata Monty Python secara kronologis dan detail. Sebuah film yang cocok sebagai bahan renungan.








10. The Excorsim of Emily Rose (2005)

Emily adalah seorang gadis desa yang baru puber. Berhubung pada masa itu gadis semacam Emily sedang naik daun, alhasil Emily cuma bisa berkoar-koar waktu banyak dedemit keluar masuk tubuhnya. Mereka mengaku mereka jugalah yang merasuki Kain, Nero, dan Yudas Iskariot. Sayangnya Emily cuma berhasil menembus IMDB dan Wikipedia, bukan Kitab Perjanjian Lama dan Baru seperti tokoh-tokoh sebelumnya. (spoiler alert) Pada akhirnya Emily sadar bahwa dia sebenarnya terpilih untuk menjadi media pemberitaan kuasa Tuhan. Kepasrahan Emily untuk melepaskan masa remaja dan lebih memilih menjadi tempat rasukan daripada cheerleader patut menjadi contoh renungan di kala Ramadhan.


9. The Messenger: The Story of Joan of Arc (1999)

Sama seperti Emily, Joan adalah seorang gadis polos yang tinggal di pedesaan. Bedanya, Joan yakin dia selama ini berpacaran dengan Tuhan lewat mimpinya. Suara-suara yang diyakininya sebagai suara Tuhan membawanya ke medan perang, tingkat kejiwaan yang kritis, hingga akhirnya pengadilan karena dianggap telah mencemarkan nama Tuhan. Apa benar suara yang selama ini ada di pikiran Joan, yang meminta banyak request darinya, adalah suara Tuhan, bukan berasal dari pikirannya sendiri? Tunggu. Ada yang masih ingat dengan Lia Eden?


8. Constatine (2005)

Constantine diceritakan adalah makhluk hidup yang paling digantungkan statusnya oleh Tuhan. Dia tidak diterima di akhirat, tapi juga tidak bisa hidup sebagai manusia biasa. Untungnya pekerjaannya cukup keren untuk seorang tokoh adaptasi komik: detektif supranatural. Kalau kata Constantine: “God has a weird taste in humour.”. Sepanjang film kita akan melihat perjuangan keras Constantine membuktikan argumen tersebut. Plus gambaran neraka, malaikat dan setan yang tidak sesuai dengan lagu Bimbo. Kewl.



7. Stigmata (1999)

Stigmata adalah bekas luka yang sama seperti bekas luka salib Yesus. Suatu hari seseorang tak terkenal mendapatkan bekas-bekas luka tersebut dan karena aspek lingkungan dan pertimbangan dari orang-orang penting, menjadi tetap tidak terkenal. Menurut Citadel Broadcasting: "Stigmata is so bad, it ultimately leaves you with the age-old question: If there is a God, why would He permit a film like this to be made?" HAHA. Tonton saja sendiri.




6. The Bucket List (2007)

Edward yang awalnya egois dan mencari keuntungan untuk dirinya sendiri. Pada akhirnya, mulai berubah disaat-saat mendekati kematiannya. Pertemuannya dengan Carter dan perjalanan yang mereka lakukan menggugah kita untuk bertanya apa saja yang akan kita lakukan sebelum kita meninggal dunia. Film ini secara tidak langsung mengajarkan kita untuk meminta maaf sebelum terlambat dan menemukan kebahagiaan dalam hidup. Edward yang pada awalnya tidak mau meminta maaf pada anaknya karena spekulasinya sendiri akan rasa takut tidak dimaafkan. Akhirnya memang pengampunan dari sang anak yang dapat membuat Edward (tampaknya) mati dengan tenang.

5. Me And You And Everyone We Know (2005)

Karena Miranda July benar benar seorang yang jenius dalam merepresentasikan arti cinta pada semua hal, sesama manusia, terhadap benda mati dan Tuhan. Karena ini lebaran maka kalian semua mungkin perlu menonton film film dengan asupan gizi cinta (dalam artian bukan percintaan romansa) yang lebih banyak daripada asupan susu L-men buat para binaragawan. Dan disini kalian benar benar seperti dipaparkan hal hal sederhana yang sebenarnya adalah point inti daripada kehidupa, ya, relationship. Disini Miranda July seperti marah terhadap kondisi dimana manusia sudah tidak saling memberi dan menerima, tetapi justru saling menyakiti satu sama lain, dan siapa pun yang pernah menonton film ini pasti tidak akan lupa dengan quotes memorable ”Fuck! Fuck you! Fuck me! Fuck old people! Fuck children! Fuck peace! Fuck peace...”

4. Le Grand Voyage (2004)

Film yang sungguh manis, menceritakan tentang generation gap antara ayah dan anaknya. Masalah agama dan kepercayaan memang menjadi sesuatu yang relatif tergantung kepada perspektif seseorang. Begitupun yang terjadi pada Reda yang mendampingi ayahnya untuk pergi haji dengan mengendarai mobil. Sifat keduanya yang keras kepala memang berakhir dengan ending yang menyedihkan. Namun pada akhirnya saya menangkap bahwa memang kita harus menghargai perbedaan. Ada perkataan yang saya sukai dari film ini dari sang ayah untuk anaknya, "you may know how to read and write, but you know nothing about life".



3. The Gods Must Be Crazy (1980)

Kalau kamu berpikir baru sekarang orang-orang mulai gila, think again. Tuhan mungkin gila, tapi hey, kegilaan-Nya juga kan yang membuat kita ada.









2. High Fidelity (2000)

Rob putus dengan Laura. Hidupnya jadi sendu dan miserable. Seiring waktu berjalan, ia mulai menyadari satu persatu kesalahannya yang lalu-lalu dan berintrospeksi. Dengan segala intrik dan konflik yang mendera, ia berusaha mendapatkan cintanya kembali agar kembali menuju fitrah. Ini merupakan film terbaik menurut R (salah satu penulis kita yang paling galau dan retarded), dia mendedikasikan film ini sebagai film terbaik selama dia hidup setelah film film lainnya yang buruk dan horror murahan yang selalu ia puja puja.


1. The Blair Witch Project (1999)

Siapa yang bakal lupa sama memorable apology scene nya Heather Donahue di film ini? Scene itu berasa ngentutin semua scene scene terseram film horror di taun nya, ditambah dengan qoutes psychological thingy yang memberi kesan suspense yang bisa ngalahin pamor kemunculan penampakan cewe baju putih di salah satu episode Dunia Lain, "Im scared to close my eyes. Im scared to open them". Dan mengingat ngingat karena ini adalah postingan edisi husus lebaran maka Blair Witch Project adalah film yang memang paling kami rekomendasikan untuk kalian tonton dalam suasana lebaran ini, walau pun hanya apology scene nya saja sih yang kami rekomendasikan, mungkin scene itu adalah scene maaf-maaf-an paling baik sepanjang masa, lupakan scene maaf-maaf-an keluarga Soeharto pada jaman orde baru. Film yang akan menjadi dope menyenangkan ketika di tonton bersama sekumpulan sanak keluarga, dan di tonton dengan substansi segar ketupat di siram kuah opor dan sambal goreng ati, suasana kekeluargaan, dan Heather Donahue yang bermain brilian di film ini.



"I just want to apologize to Josh's mom, and Mike's mom, and my mom. I am so sorry! Because it was my fault. I was the one who brought them here. I was the one that said 'keep going south.' I was the one who said that we were not lost. It was my fault, because it was my project. I am so scared! I don't know what's out there. We are going to die out here! I am so scared!"


Jadi, butuh alasan apa lagi untuk menonton film-film ini di hari Lebaran? Akhir kata, selamat lebaran! Semoga semua kata maaf yang keluar dari mulut teman-teman kalian benar-benar tulus dari hati mereka. Amin. Maaf untuk salah salah kita semua ya! Godspeed!




Written and Currated by Rega Ayundya Putri, Sarah Ervinda, Wing Narada Putra and R. with all of his superiority.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar