Jumat, 13 Januari 2017

Jin-Roh (1999)

Awalnya, saya menyadari keberadaan film ini di salah satu edisi Animonster (jaman masih tabloid). Sudah beberapa kali download dan setelah 3 kali ganti harddisk external, akhirnya baru sekarang kesampaian menontonnya.


Nama sutradara Jin-Roh sendiri, Hiroyuki Okiura, untuk ukuran nama lama mungkin tidak terlalu familiar. Namun 12 tahun kemudian, dia akan dikenal sebagai sutradara dari A Letter to Momo (2012), salah satu anime yang juga (sangat) saya rekomendasikan. Jin-Roh awalnya diintensikan untuk Mamoru Oshii, namun Bandai Visual, selaku produser, memutuskan untuk menarik Oshii ke proyek lain yang akhirnya menterkenalkan namanya, Ghost in The Shell. Pasca GiTS, Oshii kembali ditarik ke proyek Jin-Roh namun akhirnya ditempatkan sebagai penulis naskah, menempatkan Okiura sebagai sutradara.

Okiura sendiri sudah sempat bekerja dengan Oshii di Patlabor, oleh timnya, dia dikenal sebagai seseorang yang sangat detail pada karyanya. Hal yang masih akan kita temui hingga di film terakhirnya A Letter to Momo.


Jin-Roh bersetting di Jepang pada tahun 1950-an, di tengah maraknya aksi terorisme. Dalam salah satu bentrokan, Fuse, seorang korporal Pasukan Anti-Terror, berhadapan dengan seorang gadis remaja yang ternyata adalah salah satu anggota teroris. Tidak mampu menembaknya, gadis tersebut pun memutuskan meledakkan diri sebagai bentuk perlawanan terakhirnya kepada Fuse dan pasukannya. Satu adegan yang terus menghantui Fuse dan turut mengubah hidupnya, seiring orang-orang di sekitarnya mencoba mengintervensi hidupnya, di tengah keadaan politik yang gamang.


Jin-Roh sendiri berarti The Wolf Brigade (Jin = serigala). Dan seperti judulnya, kisah utama Jin-Roh berputar pada makna simbol 'serigala' di dalam mitologi, termasuk kisah Little Red Riding Hood. 


Namun sebagai film action, unsur baku tembak dan ledakan bukan unsur utama yang kental akan kita temui di dalamnya. Sebaliknya, unsur laga hanya pendamping drama psikologis yang menjadi unsur utama Jin-Roh. Segala pergulatan yang dialami kedua karakter utama Jin-Roh adalah apa yang membuat Jin-Roh menarik.


Sayangnya karena film ini belum di-remaster lagi, kualitas film hasil unduhan ilegal ini pun agak pecah, termasuk pada adegan aksinya yang saya tunggu. 

Adegan ini mengingatkan saya akan Perfect Blue

Tema yang diangkat film ini memang kurang powerful dibanding nama besar lain yang keluar pada era yang sama, Perfect Blue misalnya. Namun film yang diawali dengan adegan yang menggugah ini diakhiri dengan adegan terakhir yang sama menggugahnya.

Overall: Jin-Roh adalah film sedih dan ya, 8/10.

Ps. If this movie leave you with a 'nanggung' aftertaste, saya merekomendasikan Blood The Last Vampire yang juga digarap Production IG. Kalian akan menemukan gaya gambar yang sama, action yang lebih gory, dan, walau hanya berselang satu tahun, kualitas yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar